Indikator Stunting Menurut WHO dan Cara Pengukurannya

Bunda, stunting merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini menyerang anak-anak dan menyebabkan tumbuh kembangnya terhambat akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. 

Maka dari itu, mengetahui berbagai indikator stunting menurut WHO (atau lembaga kesehatan lainnya) menjadi sebuah kewajiban agar Bunda bisa lebih awas akan pertumbuhan dan perkembangan si kecil.

Lalu, bagaimana indikator penilaian atau pengukuran stunting menurut WHO? Mari kita cari tahu bersama dalam artikel ini!

Stunting merupakan salah satu masalah gagalnya pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang kurang dari rata-rata anak seusianya. 

Apa Itu Stunting menurut who

Kondisi ini bisa terjadi akibat kekurangan asupan nutrisi kronis yang terjadi dalam waktu yang lama, adanya infeksi yang berulang, serta kurangnya stimulasi di masa pertumbuhan. Buruknya kondisi kesehatan ibu hamil juga bisa meningkatkan risiko bayi terkena stunting.

Mirisnya, gangguan kesehatan ini dialami oleh lebih dari 160 juta balita di seluruh dunia, dan jika tidak ditangani dengan serius, diproyeksikan akan ada penambahan kasus stunting sebanyak 127 juta anak di seluruh dunia pada tahun 2025!

WHO membagi stunting menjadi dua kategori, yaitu:

  • Stunted, merupakan kategori balita dengan tinggi badan kurang dari dua standar deviasi atau kurang dari persentil kedua dari rata-rata tinggi badan berdasarkan acuan WHO.
  • Severely stunted atau stunting parah, merupakan kategori balita yang memiliki tinggi badan kurang dari tiga standar deviasi atau kurang dari persentil ke-1 standar pertumbuhan WHO. 

Stunting tidak hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik saja, tetapi juga memberikan dampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan gangguan kognitif, penurunan kekebalan tubuh, serta meningkatkan risiko terkena penyakit kronis pada anak. 

Kasus Stunting di Indonesia

Dikutip dari hasil Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2018, prevalensi anak berusia kurang dari lima tahun yang terkena stunting adalah sebesar 30,8%. Artinya, ada 1 dari 3 orang balita Indonesia yang mengalami kasus ini. 

kasus anak stunting di indonesia menurut who

Angka tersebut membuat negara kita mendapatkan peringkat dua dengan kasus stunting tertinggi di Asia Tenggara dan peringkat lima di dunia. 

Meski demikian, prevalensi stunting terus mengalami penurunan setiap tahun. Dikutip dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka tersebut turun menjadi 21,6%. Sementara, target yang ditentukan oleh WHO adalah kurang dari 20%.

Hal itu membuat pemerintah berambisi untuk terus menurunkan angka ini menjadi 14% pada tahun 2024 melalui program prioritas Percepatan Penurunan Stunting, sampai-sampai, Presiden Jokowi mewajibkan agar target penurunan stunting tersebut dapat tercapai.

Indikator Stunting Menurut WHO

Nah, sampai sini mungkin Bunda mulai resah dan bertanya-tanya, “Apakah anak saya mengalami stunting?”

Untuk menjawab hal tersebut, Bunda bisa mengikuti indikator stunting menurut WHO, yaitu dengan pengukuran tinggi badan rata-rata berdasarkan umur. 

Indikator stunting disediakan untuk memudahkan proses deteksi dan mengukur stunting pada anak agar proses penanganan bisa dilakukan lebih cepat.

Tentu saja, indikatornya dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin ya, Bunda. Karena kebutuhan nutrisi dan kecepatan pertumbuhannya juga berbeda. 

Berikut ini grafik pertumbuhan tinggi badan anak berdasarkan jenis kelamin dan usia (Jika Bunda bingung membaca grafiknya, Bunda bisa baca petunjuknya disini)

Laki-Laki 

-Usia 0-6 bulan

kategori stunting menurut who  (laki laki usia 0-6 bulan)

-Usia 6 bulan – 2 tahun

kategori stunting menurut who (laki laki usia 6 bulan sampai 2 tahun)

-Usia 0-2 tahun

kategori stunting menurut who (laki laki usia 0-2 tahun)

-Usia 0-5 tahun

indikator stunting menurut who (laki laki usia 0-5 tahun)

-Usia 2-5 tahun

indikator stunting menurut who (laki laki usia 2-5 tahun)

Perempuan 

-Usia 0-6 bulan

indikator stunting menurut who (perempuan usia 0-6 bulan)

-Usia 6 bulan – 2 tahun

indikator stunting menurut who (perempuan usia 6 bulan hingga 2 tahun)

-Usia 0-2 tahun

indikator stunting menurut who (perempuan usia 0-2 tahun)

-Usia 0-5 tahun

indikator stunting menurut who (perempuan usia -05 tahun)

-Usia 2-5 tahun

indikator stunting menurut who (perempuan usia 2-5 tahun)

Cara Mengukur Anak Stunting atau Tidak Berdasarkan Indikator WHO

    1. Ukur dan catat tinggi badan si kecil.
    2. Pilih grafik standar tinggi badan di atas sesuai dengan jenis kelamin dan usia si kecil.
    3. Beri tanda pada grafik standar tinggi badan WHO sesuai dengan hasil pengukuran tinggi badan dan usia si kecil yang telah Bunda dapatkan.
    4. Jika tanda tersebut berada di garis hijau, maka si kecil memiliki pertumbuhan tinggi badan yang normal. Namun, apabila hasil pengukuran berada di bawah garis merah (garis dengan angka -2) atau garis hitam (garis dengan angka -3), maka ada indikasi stunting pada anak. 

Apakah indikator untuk menentukan anak stunting?

kategori stunting menurut who

Sebelum itu, ada satu hal yang perlu Bunda ingat: anak stunting memang memiliki tinggi badan di bawah normal. Akan tetapi, tidak semua anak yang pendek itu mengalami stunting ya, Bun!

Oleh karena itu, selain melakukan penilaian dengan grafik pertumbuhan berdasarkan WHO di atas, Bunda juga harus rutin memeriksakan pertumbuhan dan kesehatan anak melalui kegiatan Posyandu atau berkonsultasi dengan dokter.

Agar pencegahan stunting pada anak bisa lebih optimal, Bunda bisa melakukan beberapa tindakan sebagai berikut:

  1. Penuhi nutrisi harian anak dengan memberikan makanan sehat bergizi seimbang. 
  2. Lakukan vaksinasi lengkap untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit berulang. 
  3. Lakukan screening lebih awal jika anak memiliki indikasi lambat tumbuh dan segera konsultasikan dengan dokter.
  4. Berikan stimulasi agar pertumbuhan fisik dan emosional anak semakin optimal. 
  5. Selalu jaga kebersihan lingkungan, agar si kecil terhindar dari risiko infeksi karena lingkungan yang kotor.
  6. Perbanyak literasi tentang pentingnya gizi bagi pertumbuhan anak. 

Rekomendasi Artikel Lainnya: Makanan Peninggi Badan Anak, Remaja, dan Dewasa.

Etawaku Platinum, Susu Kambing Kaya Nutrisi untuk Cegah Stunting

infografis indikator stunting

Minum susu Etawaku Platinum bisa membantu memenuhi nutrisi setiap hari. Terbuat dari susu kambing etawa asli tanpa gula tambahan, Etawaku dikenal akan manfaatnya yang dahsyat dan aman dikonsumsi oleh semua kalangan. 

Kandungan protein yang tinggi dalam setiap gelasnya bisa bantu dukung anak untuk tumbuh tinggi dan sehat secara optimal. Bukan hanya itu, kandungan asam folat dalam susu juga sangat baik bagi ibu hamil sehingga bayi dalam kandungan bisa terhindar dari risiko stunting. 

Yuk minum Etawaku Platinum dari sekarang sebagai salah satu upaya dalam menurunkan angka stunting di Indonesia!

Bagaimana, Bunda? Terjawabkah mengenai indikator stunting menurut WHO yang sudah dipaparkan di atas? Jika ada yang ingin ditanyakan lagi, bisa diskusi melalui komentar di bawah, ya!

Baca Juga Tips Lainnya:

Photo of author

Isna Hardikasari

Tinggalkan komentar