Apakah kamu mengalami diare, perut kembung, atau sering buang angin setelah mengonsumsi susu? Waspada ya, jangan-jangan kamu memiliki gangguan intoleransi laktosa! Yuk, cari tahu bersama mengenai gejala intoleransi laktosa yang bisa terjadi pada bayi, anak, dewasa, dan lansia.
Dengan begitu, nantinya kamu bisa mengetahui apakah kamu mempunyai ciri-ciri sebagai orang yang memiliki intoleransi laktosa atau tidak.
Intoleransi laktosa merupakan salah satu gangguan pencernaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam mencerna laktosa.
Hal ini terkait dengan fungsi salah satu enzim yang diproduksi secara alami oleh tubuh, yaitu enzim laktase.
Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak bisa menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Alih-alih dicerna dan menjadi sumber energi bagi tubuh, laktosa ini justru masuk ke dalam usus besar dan difermentasi oleh bakteri, sehingga memicu berbagai gangguan pencernaan.
Jenis Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa bisa dibagi menjadi beberapa jenis, dan masing-masing jenisnya bisa disebabkan oleh faktor yang berbeda, seperti:
1. Intoleransi Laktosa Primer
Kondisi ini muncul seiring berjalannya waktu. Saat masih bayi, tubuh menghasilkan enzim laktase yang cukup untuk mencerna laktosa dalam ASI. Kemudian, kadar laktase yang dihasilkan semakin menurun ketika lama tidak mengonsumsi susu.
Salah satu penyebabnya adalah faktor genetik.
Umumnya, intoleransi laktosa primer terjadi ketika memasuki usia 2 tahun. Hanya saja, gejala atau keluhan akan kondisi ini baru muncul saat memasuki masa remaja atau dewasa.
Orang dengan gangguan intoleransi laktosa primer sebenarnya masih bisa mengonsumsi laktosa tanpa menimbulkan gejala gangguan pencernaan. Jadi, jika kamu memiliki kondisi ini dan ingin minum susu, pilih produk susu yang rendah laktosa ya!
2. Intoleransi Laktosa Sekunder
Berbeda dengan intoleransi laktosa primer, penurunan kadar enzim laktase dalam tubuh penderita intoleransi laktosa sekunder disebabkan oleh efek samping tindakan pengobatan tertentu, seperti kemoterapi atau penggunaan antibiotik dalam waktu yang lama.
Selain itu, kondisi ini bisa juga terjadi karena adanya penyakit lain, seperti penyakit celiac, muntaber akut, infeksi usus, serta berbagai penyakit pada sistem pencernaan.
Intoleransi laktosa sekunder bisa terjadi sementara. Artinya, tubuh kembali bisa mencerna laktosa ketika penyakit yang mendasarinya sembuh.
Maka dari itu, saat mengalami hal ini, kamu bisa menghindari konsumsi produk yang mengandung laktosa atau konsumsi susu bebas laktosa.
3. Intoleransi Laktosa Bawaan
Ini merupakan jenis intoleransi laktosa yang paling jarang terjadi. Kondisi kelainan ini menyebabkan penderitanya tidak bisa menghasilkan enzim laktase sama sekali sejak lahir dan disebabkan oleh faktor genetik.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya intoleransi laktosa, yaitu:
- Usia, semakin bertambah usia
- Kelahiran prematur
- Etnis
Gejala Intoleransi Laktosa
Gejala yang dialami oleh masing-masing orang bisa saja berbeda.
Biasanya, gejala ini muncul 30 menit hingga 2 jam setelah penderitanya mengonsumsi susu. Akan tetapi, pada beberapa orang, gejala ini mungkin saja muncul lebih cepat.
Nah, berikut ini beberapa gejala intoleransi laktosa yang paling sering terjadi:
1. Perut Kembung
Kondisi ini merupakan salah satu gejala yang paling umum. Tak heran, kurangnya enzim laktase menyebabkan kandungan laktosa yang diperoleh mengalami proses fermentasi dalam sistem pencernaan.
Selama proses tersebut, laktosa ini akan melepaskan asam lemak serta sekumpulan gas seperti hidrogen, metana, serta karbon dioksida.
Penumpukan gas inilah yang menimbulkan gejala perut kembung, sakit, dan pada beberapa kasus hal ini juga bisa menyebabkan kram.
2. Diare
Gejala ini muncul sebagai salah satu respons tubuh terhadap penambahan volume air dalam usus besar.
3. Gejala Lainnya
Selain itu, ada juga berbagai gejala yang muncul saat mengalami intoleransi laktosa, seperti:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Sulit berkonsentrasi
- Perut berbunyi
- Sering buang angin
- Mual dan muntah
Intoleransi laktosa pada anak harus diwaspadai sejak dini, karena gejala yang muncul bisa saja menyebabkan tumbuh kembangnya menjadi terhambat.
Komplikasi Intoleransi Laktosa
Jika kondisi ini dibiarkan tanpa mendapatkan penanganan medis, maka bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang lebih fatal, mengingat laktosa merupakan zat yang dibutuhkan tubuh dalam menyerap nutrisi lain dalam makanan.
Salah satu komplikasi dari intoleransi laktosa yaitu osteopenia dan osteoporosis yang menyebabkan kepadatan tulang berkurang karena tubuh kesulitan menyerap kalsium dalam susu.
Segera konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mencegah komplikasi yang lebih parah. Biasanya, dokter akan menyarankan untuk mengubah pola makan atau konsumsi suplemen tertentu agar gizi yang didapat tetap seimbang.
Etawaku Platinum, Susu Rendah Laktosa yang Aman Diminum
Susu Etawaku Platinum terbuat dari susu kambing etawa asli yang rendah laktosa dan krimer bubuk rendah gula, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa maupun diabetes.
Tak hanya itu, susu Etawaku kaya akan kandungan kalsium, sehingga bisa mencegah komplikasi intoleransi laktosa yang bisa menyebabkan kepadatan tulang menurun. Dengan konsumsi satu gelas susu Etawaku saja, sudah bisa memenuhi ⅓ asupan kalsium harian.
Yuk, mulai rutin konsumsi susu Etawaku dari sekarang, produk susu kambing berkualitas yang mudah dicerna ini bisa kamu dapatkan di website kami etawakubrand.id!
Itu dia informasi mengenai berbagai gejala intoleransi laktosa beserta fakta lengkap dan rekomendasi produk susu untuk menanganinya.
Baca Juga Artikel Lainnya: